Banjir di Kesamben Jombang Tak Kunjung Surut, Produksi Kimia Farma Berkurang 50 Persen

Lokasi banjir KF
Tagana dan Relawan saat di depan Pabrik Kimia Farma Plant Watudakon (Istimewa)

JOMBANGKU.COM – Akibat banjir di Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sumur pengeboran yodium Kimia Farma Plant Watudakon, menimbulkan dampak yang luar biasa.

Bagaimana tidak, akibat banjir selama 13 hari, yang melanda Dusun Beluk, Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang, Kimia Farma Plant terpaksa beroperasi 50 persen dari biasanya.

Meski demikian sebanyak 104 pekerja Kimia Farma Plant Watudakon tetap masuk sesuai jam kerja kantor. Seorang Sumber salah satu pegawai Kimia Farma Plant Watudakon mengkonfirmasi tidak ada karyawan yang telat masuk kantor.

“Pekerja Kimia Farma Plant Watudakon banyak yang mengambil jalan lain karena banjir, jadi lebih jauh dari biasanya,” ujar Sumber saat dihubungi JombangKu.com. Rabu (13/01/2021).

Saat ditanya mengenai aktivitas pengeboran yodium, pihaknya mengaku terpaksa hanya beroperasi setengahnya, “Aktivitas pengeboran sumur terganggu sekitar 50 persen akibat lokasi pengeboran sumur kebanjiran,” lanjutnya.

Akibat bencana alam ini, pihak Kimia Farma Plant Watudakon harus mengalami kerugian yang tentu saja berpengaruh pada pendapatan perusahaan.

Sebelumnya dikabarkan, banjir di Desa Jombok membuat ratusan rumah terendam banjir dan warga mulai terserang gatal-gatal karena air yang keruh.

Beberapa warga juga memutuskan untuk mengungsi karena genangan air semakin tinggi memasuki hunian mereka.

Setelah mencuat dipublik baru para pejabat dinilai unjuk gigi dengan cara melakukan kunjungan lokasi banjir tahunan yang melanda Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Namun sayang ada momentum yang diluar dugaan, sewaktu orang nomer satu di Jombang melakukan kunjungan pada Rabu 13 Januari 2021 siang, warga setempat mencurahkan keluh kesahnya pada Bupati dengan nada kasar sehingga pihak kepolisian menghalu warga tersebut untuk meredam amarahnya, hal itu disebabkan banjir tahunan semenjak 2017 dinilai tidak ada solusi. (alv/hr/jk).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *