JOMBANGKU.COM – Tanaman cabainya diserang hama tikus, petani di Dusun Sugunung, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, merugi. Sebab, cabai yang ditanam dengan susah payah itu tak bisa dipanen.
Kepala Dusun (Kasun) Segunung, Khoirul Mubin mengatakan, petani di dusun sudah dua tahun belakangan, berurusan dengan hewan pengerat ini.
“Akhir 2018 lalu mulai menanam cabai. Biasanya pada bulan 9 atau 10. Dan Januari 2019 mulai panen. Nah, itu tidak bisa panen karena dimakan hama tikus,” ujar Khoirul Mubin saat ditemui JombangKu.com di kediamannya, Kamis (14/1/2021).
Uniknya, tikus-tikus itu tidak makan cabai merah seluruhnya, namun hanya dimakan sedikit dan dibiarkan jatuh berserakan di tanah.
Menyiasati fenomena ini, lanjutnya, petani terpaksa memanen cabai meski warnanya masih hijau. Hingga saat ini, serangan hama tikus masih menjadi musuh bagi petani.
Rupanya, bukan hanya caba saja yang diserang hama tikus. Tanaman lain seperti jagung, padi, kacang panjang, labu dan hampir semua tanaman petani, tak luput dari serangan hewan pengerat ini.
Jika tanaman jagung, kata Mubin, hanya disisakan tonggol jagungnya saja. Sedangkan tanaman lacag pancang, bijinya yang dibuat bancakan tikus.
“Batang tanamannya masih tegak berdiri, tapi jagungnya tinggal janggel (tongkol jagung) tanpa biji. Kacang panjang pun juga tidak ada bijinya, tapi masih menggantung. Banyak petani yang gagal panen jadinya,” imbuh Mubin.
Mengenai kerugian petani yang gagal memanen cabai, Mubin tidak bisa merinci secara detail. Hanya saja, untuk biaya awal tanam, petani harus merogoh kocek Rp 2 juta. Belum lagi, urusan pupuk dan kebutuhan tanam lain.
Tak hanya rugi materi. Menurutnya, petani juga dirugikan soal waktu, tenaga dan jengah dengan serangan hama tikus.
“Kerugiannya itu banyak, terlebih cabai itu prosesnya butuh tiga bulan. Kadang baru ditanam, cabang yang muda-muda itu digigit tikus. Petani coba tanam kembali, tapi diserang hama tikus lagi, terus begitu,” ungkap pria yang kesehariannya juga bertani ini.
Untuk mengantisipasi serangan tikus, petani Dusun Segunung tidak kehilangan akal, mereka bekerjasama dengan Poktan (Kelompok Tani) Dusun setempat. Selain menyediakan obat tikus, hampir setengah dari para petani membuat senapan angin untuk memburu hewan pengerat itu.
Para petani bergantian untuk jaga malam sekali memburu hama perusak tanaman. Dana yang digunakan untuk membasmi tikus ini, diambil dari kas dusun dan Poktan.
Saat ditanya perhatian dari Pemkab Jombang dalam hal ini Dinas Pertanian setempat terkait persoalan ini, Mudin menjawab selama ini lebih banyak kerjasama dengan pihak Poktan dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) tingkat desa.
Disinggung soal burung hantu sebagai pemangsa tikus yang paguponnya dari Dinas Pertanian Jombang, dan berakhir pada Desember 2020, ia mengaku tidak tahu.
“Kalau dari Dinas Pertanian Jombang, saya biasanya meminta obat tikus, tapi ya itu rebutan,” pungas Mubin sambil tersenyum.
(alv/jk)