Malam Renungan Kemerdekaan, Puluhan Warga Lantunkan Tahlil Untuk Pahlawan

Malam peringatan kemerdekaan RI

JOMBANGKU.com – Lantunan tahlil mengawali agenda malam renungan menjelang hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-78 yang digelar warga Dusun Mangu, Desa Gadingmangu, Kecamatan Perak, Rabu (16/8/2023) malam.

Bukan hanya kalangan pria serta wanita dari mulai usia muda hingga lanjut usia, tampak pula anak-anak larut dalam melantunkan doa-doa yang dikhususkan bagi jasa pahlawan.

Usai pembacaan doa, puluhan warga RT : 001, RW : 007, kemudian kompak menyanyinkan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

“Agenda malam renungan merupakan kegiatan rutin yang digelar setiap tahun. Tepatnya, di malam menjelang tanggal 17 Agustus,” terang Kaswadi, ketua RT setempat.

Diakui olehnya, bukan hanya digelar oleh warga di RT : 001, RW : 007. Kegiatan serupa juga dilakukan di seluruh rukun tetangga yang ada di Dusun Mangu. “Untuk kegiatan serupa juga digelar di rukun tetangga yang ada di Dusun Mangu,” tuturnya.

Rampung melantunkan kalimah Tahlil, warga pun melakukan pemotongan tumpeng. “Inilah yang kami sebut bentuk kerukunan. Jadi selain bertujuan untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI, melalui agenda serupa kami ingin mempertahankan ciri khas masyarakat desa yang selalu guyub,” tandas Kaswadi.

Ditambahkan oleh Iwan Teguh Wahyu Utomo, salah satu warga yang mengikuti malam renungan. Kegiatan digelar secara sederhana, dan menggunakan swadaya masyarakat.

“Kegiatan sederhana ini kami gelar, untuk menyambut kemerdekaan RI. Untuk menggelar malam renungan, kami menggunakan swadaya masyarakat,” tuturnya.

Agar tujuan utama kegiatan, yakni menumbuhkan jiwa nasionalisme bagi seluruh warga dari semua usia. Panitia malam renungan sengaja mewajibkan puluhan warga menyanyikan lagu Indonesia Raya, dengan sikap sempurna.

“Inilah refleksi sederhana kami dalam menunjukkan kecintaan terhadap NKRI. Kecintaan serupa pula, yang ingin kami tanamankan kepada generasi pemerus. Itulah mengapa kami meminta agar semua anak-anak diajak,” tegasnya.

Usai rangkaian kirim do’a dilakukan, puluhan warga lalu dipersilahkan untuk memotong tumpeng yang disediakan. Pun juga, usai nasi tumpeng diporak (dinikmati, Jawa,red). Masing-masing warga diminta untuk makan bareng bersama tetangga.

“Poin utama yang juga ingin kami tekankan, yakni mempertahkan tradisi tenggang rasa antar tonggo. Karena itulah salah satu ciri masyarakat desa,” tutup Iwan.

Masih di lokasi yang sama, Lusy Venilia, salah satu ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai tenaga pengajar mengatakan jika manfaat kegiatan bisa langsung dirasakan oleh kedua anaknya yang turut serta.

“Esensi kegiatan langsung bisa dirasakan oleh anak-anak usia sekolah. Tentunya selain menumbuhkan jiwa nasionalisme sejak dini, mereka juga bisa mengetahui ragam tradisi yang ada di lingkungan tempat tinggalnya,” ujarnya.

Ragam tradisi tadi yakni, pentingnya kebersamaan dalam setiap kegiatan yang ada di desa. Dan terkhusus di bulan Agustus seperti saat ini, kebersamaan tadi tampak kentara.

“Khusus di bulan Agustus seperti saat ini, kebersamaan tadi intensitasnya bertambah. Dan poin-poin positif seperti inilah yang dapat ditanamankan kepada anak,” pungkasnya. (ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *