Pemkab Dinilai Gagal Atasi Banjir Langganan di Beluk Jombok Jombang

Kondisi banjir di Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

JOMBANGKU.COM – Banjir yang merendam sejumlah rumah warga di Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, ternyata bukanlah hal yang luar biasa. Informasi yang diperoleh, kawasan ini disebut-sebut menjadi langganan banjir sejak 2007.

Selama 13 tahun itu, warga desa setempat menganggap, banjir akibat luapan sungai Avur Watudakon ini merupakan kondisi rutin tiap tahun. Penyebabnya, warga bisa memastikan karena Dam Sipon, Mojokerto, tersumbat sampah.

Warga setempat pun cukup hafal dengan kondisi banjir di wilayahnya. Jika kondisi air yang merendam tidak tinggi, warga cukup berdiam diri di dalam rumah. “Kalau banjirnya tinggi ya terpaksa mengungsi ke tempat yang tidak tergenang banjir. Salah satunya, mengungsi di balai desa,” kata seorang warga setempat di lokasi banjir.

Relawan bencana, Suharwanto membenarkan, jika Dusun Beluk, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang ini langganan banjir. Menurutnya, jika sungai Avur Watudakon meluap, hampir bisa dipastikan air akan menggenangi kawasan ini.

Ia berharap pemerintah memberikan solusi untuk situasi ini, agar banjir bisa ditanggulangi. “Pemerintah seharusnya dapat memaksimalkan potensi masyarakat sekitar untuk siap tanggap menghadapi bencana,” ungkap di Posko Dapur Umum, Selasa (5/1/2020).

Suharwanto menambahkan, banyak pemuda di Desa Jombok yang menjadi relawan bencana. Para pemuda tersebut dapat dikoordinir untuk membantu mengatasi banjir tahunan.

“Seharusnya pemerintah membentuk Kampung Siaga Bencana (KSB) agar warga setempat tahu bagaimana langkah awal untuk mengatasi banjir,” paparnya.

Ia juga mengatakan, air merendam sejumlah rumah warga di Dusun Beluk ini sudah 4 hari lalu. Kemudian pada Senin (4/1/2020) malam kemarin, didirikan Dapur Umum untuk menyuplai makanan kepada warga terdampak.

“Dapur umum ini disediakan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Jombang, BPBD Kabupaten Jombang, bekerjasama dengan Tagana, Relawan Semar dan berbagai pihak,” pungkasnya.

Pendirian Dapur Umum sejak Senin kemarin ini, diamini Ismu Hidayat, senior Tagana Jombang. Pihaknya mengatakan, keterlambatan pendirian posko disebabkan persoalan teknis dan karena bersifat koordinasi. Artinya, ada kajian terlebih dulu terkait kebutuhan paling urgen yang dibutuhkan warga terdampak.

“Tapi, kami bersama sejumlah relawan, sudah mengantisipasi hal ini sejak hari pertama banjir ini merendam,” katanya.

Sementara salah satu warga lain yang enggan namanya disebutkan, menyayangkan pendirian dapur umum direalisasi beberapa hari setelah air merendam. “Ya kan harusnya, saat banjir melanda langsung berdiri (dapur umum). Pemkab Jombang sepertinya kurang tanggap persoalan banjir yang sudah menjadi langganan ini,” katanya.

Dikatakannya, Gubernur Jawa Timur Khofifah sempat mengunjungi Desa Jombok saat terjadi bencana banjir pada tahun 2020.

“Setelah hampir satu tahun berlalu, nyatanya belum terlihat adanya peningkatan penanggulangan banjir di wilayah ini,” pungkasnya.

Sedangkan Sismawati, warga terdampak mengatakan, hingga saat ini belum ada rekayasa penanggulangan agar Dusun Beluk ini tidak lagi banjir.

“Saya harap sih ada upaya dari Pemkab Jombang agar banjir ini tidak lagi terjadi. Tapi selama ini tidak ada. Mudah-mudahan ini menjadi banjir yang terakhir,” ungkapnya kepada JombangKu.com, di sela-sela tim Tagana dan relawan lainnya mengantarkan bantuan makanan.

(alv/jk)

Exit mobile version