JOMBANG – Ad, seorang gadis asal Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang dipastikan harus memupus masa depannya. Bagaimana tidak, saat usianya yang masih menginjak belasan tahun. Dirinya harus menanggung beban sebagai ibu dari seorang bayi mungil yang baru dilahirkannya dua pekan lalu.
Kian menyayat hati seluruh anggota keluarga, bayi mungil berjenis kelamin laki-laki yang dilahirkan dengan proses persalinan normal di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Muslimat itu. Justru tidak memiliki seorang ayah biologis.
“Anaknya sudah lahir dua pekan kemarin, melalui persalinan normal di RSIA Muslimat. Saat ini, ia bersama sang bayi tinggal bersama kedua orangtuanya,” terang salah satu anggota keluarga yang namanya enggan diasebutkan, Rabu,(24/8/2022).
Dituturkan olehnya, apabila melanjutkan pendidikan saat ini Ad duduk di bangku kelas VII atau 2 sekolah menengah pertama (SMP).
“Keponakan saya apabila masih sekolah, sekarang harusnya kelas 2 SMP. Tapi mau bagaimana lagi, lha wong sekarang malah sudah melahirkan,” tuturnya.
Cukup disayangkan oleh pihak keluarga, Ad yang notabene anak pertama menjadi tumpuan dalam merawat kedua adiknya. Tugas tersebut dijalaninya, lantaran sang ibu bekerja di salah satu pabrik sepatu yang ada di Kecamatan Peterongan.
“Sang ibu bekerja di pabrik sepatu, jadi yang bertugas merawat dua adiknya. Terlebih saat kemarin masa pandemi Covid-19, tugas tersebut sehari penuh dijalaninya,” terangnya.
Diakui oleh sang paman, sejak perubahan terjadi di bentuk badan Ad. Keluarga sudah acap kali bertanya siapakah bapak dari janin yang dikandungnya. Namun, berkali-kali pula ia menolak untuk membuka mulut.
“Bahkan kami juga dibantu oleh bidan desa yang membantu memeriksa kandungan, siapa bapak janin yang dikandungnya. Tapi seperti yang sudah-sudah, ia enggan untuk mengaku,” ujarnya nanar.
Terkait musibah yang menimpa keponakannya, seluruh tetangga sudah mengetahui. Bahkan pemerintah desa (Pemdes) setempat juga. Tapi, hanya sebatas memberikan empati tanpa ada tindakan konkret.
Demikian halnya, tak jarang yang banyak yang yang mencibir lantaran anak usia belasan sampai bisa mengandung. Tanpa ada yang bertanggung jawab.
“Justru yang membuat kami tambah nelongso (Jawa,red), ia adalah anak yang sangat pendiam. Kalau keluar rumah, pas waktu sekolah atau mengerjakan tugas secara kelompok,” tandasnya.
Terpisah, salah satu penyidik di Polres Jombang mengaku terkejut dengan adanya kejadian. Namun demikian, ia meminta dibantu identitas serta alamat lengkap korban.
Selanjutnya, data pokok tadi bakal dipergunakan oleh Korps Bhayangkara sebagai acuan laporan ke Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKB & PPPA) Kabupaten Jombang.
“Karena korban cenderung tertutup, kami bakal melaporkan ke Dinas PPPA. Nantinya mereka (Dinas,red) bakal melakukan asesmen untuk mengambil tindakan lebih lanjut,” tegasnya.
Hingga berita ini ditayangkan, Tim JombangKu.com masih berupaya melakukan konfirmasi pada dinas terkait. (Ant/Red)