IPPNU Jombang Lakukan Riset Kekerasan Pelajar, Ini Hasilnya

JOMBANGKU.com – Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PC IPPNU) Kabupaten Jombang menggelar acara launching hasil riset kekerasan pelajar, bertempat di Aula BMT NU Jombang, Minggu (10/11/2024).

Herlina Dwi A, Ketua PC IPPNU Jombang mengungkapkan, riset kekerasan pelajar tersebut dilakukan dalam rangka menanggapi isu-isu kekerasan dan perundungan yang sering terjadi di kalangan pelajar.

“Riset kekerasan pelajar ini diinisiasi karena maraknya isu-isu di Kabupaten Jombang mengenai perundungan, terutama di kalangan pelajar sekolah,” ujarnya.

Adanya riset tersebut, lanjutnya, merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap tingginya angka perundungan dan kekerasan yang terjadi pada pelajar di Jombang.

“Maka dari itu IPNU-IPPNU yang merupakan representasi dari pelajar NU ini mempunyai tanggung jawab dan diharapkan dapat menjadi solusi atas adanya kasus-kasus yang terjadi di Jombang,” jelasnya.

Dalam sambutannya, ia berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah bekerja sama selama pelaksanaan riset kekerasan pelajar tersebut dilakukan, sehingga menghasilkan hasil riset yang diharapkan mampu membawa manfaat.

“Terima kasih atas support dari berbagai pihak sehingga hari ini kita dapat melaunching hasil riset kekerasan pelajar PC IPPNU Jombang,” pungkasnya.

Hasil Riset

Survey yang dilakukan oleh litbang PC IPPNU Jombang tersebut dilakukan selama periode 20 Mei – 20 September 2024 dengan melibatkan 366 responden pelajar Jombang.

Hasil survey menyebutkan bahwa 40,6 persen dari keseluruhan responden mengaku pernah mengalami kekerasan, dengan bentuk kekerasan tertinggi adalah tindak perundungan di sekolah sebesar 46 persen.

Adapun faktor yang melatar belakangi adanya kekerasan tersebut beragam, seperti gangguan emosional, kesalahpahaman, faktor lingkungan, hingga dendam.

Sedangkan pelaku kekerasan, berdasarkan hasil survey, tidak hanya berasal dari lingkup sekolah saja, melainkan dari lingkungan rumah yang tidak sehat pula.

Tingginya angka kekerasan berdampak signifikan pada kondisi psikologis dan sosial para korban. Sebanyak 70 persen korban tidak berani mengungkapkan atau melaporkan kejadian yang mereka alami.

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ketidaktahuan mereka akan adanya akses pengaduan yang tersedia. Sebanyak 50 persen responden mengaku bingung harus melapor kepada siapa.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan. Sebanyak 60 persen dari total korban adalah perempuan. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender dalam pengalaman kekerasan di kalangan pelajar.

Sebagai informasi, acara tersebut dihadiri oleh ketua IPNU-IPPNU se-Jombang, Ketua Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Pusat, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Jombang. (Mj/Rai/Red)

Exit mobile version