JOMBANGKU.com – Jombang merupakan kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang sebelumnya menjadi bagian dari Kabupaten Mojokerto, lalu berdiri menjadi daerah tersendiri mulai 21 Oktober 1910.
Raden Adipati Aria Soeroadiningrat V
Pada awal berdiri, Kabupaten Jombang dipimpin oleh Raden Adipati Aria Soeroadiningrat V. Bupati Jombang yang pertama itu memiliki nama lahir Bagus Badrun. Dia juga terbiasa dipanggil sebagai Kanjeng Sepuh.
Raden Adipati Aria Soeroadiningrat V atau Kanjeng Sepuh menjadi Bupati Jombang sejak tahun 1910 – 1930. Posisinya kemudian digantikan oleh anaknya, Raden Adipati Aria Setjoadiningrat VIII.
Raden Adipati Aria Setjoadiningrat VIII
Raden Adipati Aria Setjoadiningrat VIII merupakan Bupati Jombang yang kedua. Anak dari Bupati Jombang pertama itu menjadi kepala pemerintahan Kabupaten Jombang pada Tahun 1930 hingga tahun 1946.
Raden Setjo atau Kanjeng Setjo, demikian ia biasa dipanggil, memerintah Kabupaten Jombang pada tiga zaman berbeda, yakni pada zaman penjajahan Belanda, Pendudukan Jepang, dan zaman awal-awal kemerdekaan Indonesia.
R. Boediman Rahardjo
Bupati Jombang ketiga dijabat oleh R. Boediman Rahardjo. Ia menjadi kepala pemerintahan Kabupaten Jombang pada periode 1946 – 1949.
R. Boediman Rahardjo merupakan pejabat yang ditunjuk oleh pemerintah pusat untuk memimpin Kabupaten Jombang. Ia adalah bupati pertama yang berasal dari unsur kepolisian.
Raden Moestadjab Soemowidagdo
Bupati Jombang berikutnya, yakni Raden Moestadjab Soemowidagdo yang menjabat dari tahun 1949 – 1950.
Masa jabatannya di Kabupaten Jombang cukup singkat. Saat dia menjadi Bupati Jombang, beberapa laskar pejuang yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia bermarkas di Jombang.
Raden Istadjab Tjokrokoesoemo
Raden Istadjab Tjokrokoesoemo, tercatat sebagai Bupati Jombang pada periode tahun 1950 – 1956. Ia memimpin Kabupaten Jombang di situasi yang tidak stabil di masa awal kemerdekaan Indonesia.
Karena menjabat saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang masih terus berlangsung, Bupati Jombang kelima itu membuka rumah dinasnya untuk keperluan para pejuang.
M. Soebijakto
Bupati Jombang yang keenam adalah M. Soebijakto, yang menjabat pada periode tahun 1956 – 1958 dan periode 1960 – 1961.
M. Soebijakto terlahir di Situbondo. Setelah menyelesaikan jabatan sebagai Bupati, ia tercatat pernah menjabat sebagai pembantu Gubernur Jawa Timur (Residen) di Madiun.
R. Soedarsono
Dalam daftar nama Bupati Jombang, tercatat nama R. Soedarsono, yang menjabat pada periode 1958 – 1962. Dia dikenal memiliki karakter sederhana, disiplin dan tegas.
Selain itu, untuk menambah wawasan, Bupati Jombang ketujuh ini selalu rajin membaca buku serta surat kabar. Buku koleksinya yang hingga kini masih terawat misalnya, karya besar mantan Presiden Soekarno yang berjudul Di Bawah Bendera Revolusi (DBR). Kebiasaan yang lain yang tidak pernah lepas dari Soedarsono adalah sarapan berita.
R. Hassan Wirjokoesoemo
Pada periode 1962 – 1966, Kabupaten Jombang dipimpin oleh R. Hassan Wirjokoesoemo. Namanya tercatat sebagai Bupati Jombang kedelapan.
Saat menjadi Bupati Jombang, R. Hassan Wirjokoesoemo berusaha meminimalisasi praktek kepemimpinan feodal, warisan khas penjajahan Belanda.
Karirnya tak berumur panjang. Sebagai kader Partai Nasional Indonesia (PNI) militan yang berseberangan dengan orde baru, ia mengakhiri masa baktinya sebagai Bupati Jombang lebih cepat.
R. Hassan Wirjokoesoemo
Setelah R. Hassan Wirjokoesoemo berhenti dari jabatannya sebagai Bupati Jombang, Bupati Jombang berikutnya dijabat oleh Ismail.
Ismail menjadi Bupati Jombang pada periode 1966 – 1973. Sebelumnya, Bupati Jombang kesembilan itu pernah menjadi Komandan Resor Kepolisian Jombang.
Selama menjadi Bupati Jombang, Ismail dikenal sebagai sosok sangat getol dalam mengembangkan Gerakan Pramuka. Pada masa jabatannya, lebih dari 25 desa berdiri gugus depan desa.
Soedirman Mertoadikoesoemo
Kolonel (Pol) HR. Soedirman Mertoadikoesoemo, tercatat sebagai Bupati Jombang pada periode 1973-1978.
Pada masa kepemimpinannya Bupati Jombang kesepuluh itu dikenal sebagai pemicu kejayaan PSID, klub sepak bola Kabupaten Jombang.
Achmad Hudan Dardiri
Achmad Hudan Dardiri menjadi Bupati Jombang pada periode 1978 – 1983. Dia tercatat sebagai Bupati Jombang kesebelas.
Selama menjabat Bupati Jombang, Hudan Dardiri memfokuskan pembangunan di wilayah infrastruktur jalan dan irigasi. Fokus pembangunan itu merujuk pada kondisi wilayah Jombang sebagai daerah agraris.
Banyak penghargaan yang telah diraih Hudan di sepanjang hidupnya. Di antaranya adalah: Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra, Bintang Melati, Dharma Bakti, Pancawarsa, dan penghargaan dari BKKBN.
Noeroel Koesmen
Kolonel (Purn) Noeroel Koesmen tercatat sebagai Bupati Jombang yang menjabat pada periode 1983 hingga 1988. Dia tercatat sebagai Bupati Jombang keduabelas.
Karirnya berawal dari kemiliteran, lalu ditawarkan ke Partai Golkar. Sebelum menjadi Bupati Jombang, Noeroel Koesmen mengikuti pembelajaran khusus tentang kepemimpinan, teknik sipil, manajemen pemerintahan dan teknologi pemerintahan.
Prinsip kepemimpinan yang diterapkannya di Jombang menggunakan corak “ludrukan”, yakni: “Yo Opo Apike, Yo Opo Enake, Yo Opo Benere”. Artinya: “Bagaimana baiknya, Bagaimana Enaknya, Bagaimana Benarnya (seharusnya)”.
Tarmin Hariadi
Kolonel Infanteri (Purn) Tarmin Hariadi adalah Bupati Jombang pada periode 1988 hingga 1993. Dia berasal dari kalangan militer dan tercatat sebagai Bupati Jombang ketigabelas.
Ada dua hal yang menjadi fokus garapan Tarmin ketika menjabat sebagai Bupati Jombang, dibagi menjadi program jangka pendek dan jangka panjang.
Program jangka pendek meliputi pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan peningkatan pertanian (pangan), perbaikan prasarana jalan dan lain-lain.
Sedangkan program jangka panjang meliputi pembangunan industri untuk ekspor dan mengurangi pengangguran.
Suwoto Adiwibowo
Kolonel Artileri (Purn) H. Soewoto Adiwibowo adalah Bupati Jombang pada periode 1993-1998. Sosok dengan latar belakang militer itu tercatat sebagai Bupati Jombang keempat belas.
Soewoto mendapatkan tugas karya dari pemerintah pusat untuk menjabat sebagai Bupati Jombang menggantikan Tarmin Hariadi.
Selama lima tahun menjabat sebagai bupati, Soewoto bersama istrinya telah berkunjung ke 306 desa di Kabupaten Jombang.
Peran Soewoto yang pertama dilakukan adalah memunculkan ikon Kabupaten Jombang lewat piala Adipura. Ia tak pernah lelah mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, Soewoto menjadikan sektor pertanian sebagai primadona dalam pembangunan. Kemudian, ia juga menginisiasi pembangunan sejumlah gapura masuk Kota Jombang.
Affandi
Kolonel Artileri (Purn.) H. Affandi adalah adalah Bupati Jombang pada periode 1998-2003. Ia dikenal sebagai bupati yang religius dari kalangan militer dan tercatat sebagai Bupati Jombang kelima belas.
Affandi dikenal sebagai bupati yang kepemimpinannya bercirikan keislaman. Upaya itu ditempuh dengan menerapkan manajemen islami dan hubungan kerja menurut konsep Agama Islam.
Salah satu bentuk terobosan pada masa kepemimpinan Bupati Affandi adalah pemaksimalan peran dan fungsi Badan Amil Zakat Kabupaten.
Bahkan mendorong organisasi serupa di masyarakat untuk memajukan ekonomi umat melalui pengelolaan zakat secara amanah dan profesional.
Suyanto
H. Suyanto adalah Bupati Jombang pada periode 2003-2008 dan periode 2008-2013. Dia berasal dari kalangan sipil dan tercatat sebagai Bupati Jombang keenam belas.
Sebelum menjadi Bupati Jombang, Suyanto menjabat Wakil Bupati Jombang pada periode 1998 – 2003. Kala itu, Bupati Jombang dijabat oleh Affandi.
Suyanto bersama Ali Fikri terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Jombang periode 2003 – 2008 melalui proses pemilihan di DPRD Jombang.
Kemudian pada 2008, dia kembali terpilih menjadi Bupati Jombang lewat proses Pilkada langsung. Suyanto kala itu diusung oleh PDIP dalam Pilkada.
Bersama wakilnya, Widjono Soeparno, Suyanto menjadi pemenang Pilkada dan kemudian ditetapkan sebagai Bupati Jombang periode 2008 – 2013.
Ali Fikri (Pelaksana Tugas)
Drs. H. Ali Fikri adalah Bupati Jombang pada periode Juni 2008 hingga September 2008. Jabatan itu ia pegang karena saat itu Suyanto yang menjadi Bupati Jombang maju Pilkada 2008.
Pada masa menghangatnya Pilkada di awal 2008, Suyanto yang didukung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mencalonkan kembali sebagai Bupati Jombang periode 2008-20013.
Sesuai aturan, Suyanto untuk sementara harus mengundurkan diri dari jabatannya. Bupati Jombang kemudian dijabat Ali Fikri yang menjadi wakil bupati dan saat itu tidak ikut mencalonkan diri dalam Pilkada.
Nyono Suharli Wihandoko
Dr. Ec. H. Nyono Suharli Wihandoko adalah Bupati Jombang 2013-2018. Nyono terpilih melalui proses pemilihan langsung dan dia tercatat sebagai Bupati Jombang ketujuh belas.
Dalam Pilkada tahun 2013, Nyono pasangannya Mundjidah Wahab berhasil memenangkan pilkada Jombang 2013 dengan perolehan suara sebanyak 401.576.
Pasangan Nyono – Mundjidah mengalahkan pasangan Widjono Soeparno – Sumrambah (234.819 suara) dan pasangan Munir Alfanani-Wiwik Nuriati 38.039 suara.
Pada 3 Februari 2018, Nyono Suharli Wihandoko terjaring dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
KPK menetapkan Nyono sebagai tersangkadalam kasus suap terkait dengan perizinan pengurusan jabatan di Pemerintah Kabupaten Jombang.
Mundjidah Wahab
Hj. Mundjidah Wahab adalah Bupati Jombang pada periode 2018-2023. Dia ditetapkan sebagai Bupati Jombang setelah memenangkan Pilkada 2018 bersama pasangannya, Wakil Bupati Sumrambah.
Sebelum menjadi Bupati Jombang, Mundjidah menjabat sebagai Wakil Bupati Jombang periode 20013-2018, mendampingi Nyono Suharli Wihandoko.
Mundjidah tercatat sebagai Bupati Jombang kedelapan belas. Sebelum menjadi Wakil Bupati Jombang hingga Bupati Jombang, Mundjidah malang melintang sebagai anggota DPRD Kabupaten Jombang, serta anggota DPRD Provinsi Jawa Timur.
Putri KH. Wahab Chasbullah, pendiri NU tersebut, dikenal sebagai politisi PPP tulen. Dia juga dikenal aktif di organisasi Muslimat NU. (MHS/Red)
Sumber: Disarikan dari berbagai sumber