Bung Karno Lahir di Ploso? Fakta Penting Diungkap Saat Seminar di Arena Jombang Festival

Seminar Seminar Kebangsaan bertema "Jejak Tokoh Bangsa di Jombang" di arena Jombang Festival 2024, Selasa (15/10/2024).

JOMBANGKU.com – Seminar Kebangsaan bertema “Jejak Tokoh Bangsa di Jombang” digelar di arena Jombang Festival 2024, di alun-alun Jombang, Selasa (15/10/2024).

Seminar tersebut mengungkap dan mengupas hasil penelitian pegiat sejarah yang tergabung dalam komunitas Titik Nol Soekarno di Ploso, tentang jejak dan petunjuk penting terkait tempat kelahiran Soekarno di Ploso, Kabupaten Jombang.

Binhad Nurrohmat, pegiat sejarah Jombang sekaligus Inisiator Titik Nol Soekarno di Ploso, tampil sebagai pembicara dan memaparkan hasil penelitian terkait tempat kelahiran Bung Karno di Ploso.

Pernyataan tentang tempat kelahiran Bung Karno di Ploso, tentu bertentangan dengan fakta yang telah berkembang selama ini, yakni tempat kelahiran Soekarno di Surabaya.

Namun, fakta-fakta baru tentang tempat kelahiran Bung Karno, diungkap Binhad Nurrohmat. Dalam seminar, Binhad meyakini bahwa Presiden RI pertama tersebut lahir di Jombang, tepatnya di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso.

Dalam paparannya, dia merujuk pada bukti-bukti otentik yang dia kumpulkan, serta keterangan lisan beberapa sosok kunci yang ia temui sebagai sumber sekunder.

Binhad menunjukkan dokumen tulisan tangan Soekeni Sosrodihardjo, ayah Soekarno, serta beselit atau SK perpindahan tugas ayah Soekarno dari Pemerintah Hindia Belanda.

Soekeni mendapatkan tugas menjadi Mantri Guru atau Kepala Sekolah di wilayah Ploso, pada tahun 1901 hingga tahun 1907.

“Saat itu masih zaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda, dimana waktu itu wilayah Ploso masuk dalam region Surabaya,” ujar Binhad.

Pada kesempatan itu, Binhad menyuguhkan dokumen yang diperoleh dari ITB yang tertera tanggal kelahiran Soekarno pada 2 Juni 1902.

Selain itu, Binhad juga menunjukkan dokumen tulisan tangan Soekeni tentang silsilah keluarga, yang tertulis tanggal kelahiran Soekarno pada 2 Juni 1902.

Beberapa bukti pendukung juga ditunjukkan Binhad yang membuat dirinya yakin, jika Soekarno lahir pada 2 Juni 1902 di Ploso.

Binhad juga menyuguhkan foto-foto lawas yang terkait dengan Sukarno. Foto-foto tersebut, antara lain foto rumah masa kecil Bung Karno di Ploso.

Menurut dia, rumah yang ditunjukkan merupakan tempat keluarga Soekeni Sosrodihardjo saat menjadi guru di Ploso.

Sayangnya, rumah dalam foto tersebut, sudah tidak berdiri lagi. Rumah itu hanya menyisakan pondasi, serta kamar mandi dan sumur.

Selain foto rumah Soekarno, Binhad juga menyuguhkan foto lawas yang menampilkan beberapa orang tengah berpose di depan rumah Soekeni.

Diantara foto tersebut, ada foto yang menampilkan sosok Cindy Adam, penulis Buku Penyambung Lidah Rakyat, sedang berfoto bersama dengan beberapa orang, yang diambil pada 1964.

Dari foto tersebut, Binhad menelusuri jejak orang-orang yang ikut berfoto bersama. Dalam prosesnya, dia berhasil menemukan yang bersangkutan maupun keluarga dan orang terdekatnya.

Setelah menyampaikan hasil penelusuran yang ia lakukan, Binhad mengakhiri paparannya dengan menyimpulkan bahwa Soekarno lahir di Ploso, Kabupaten Jombang, pada 2 Juni 1902.

“Jadi saya menyimpulkan bahwa Bung Karno lahir di Jombang,” kata Binhad, disambut aplaus dari ratusan peserta Seminar Kebangsaan.

Layak Disebarkan

Sejarawan Soekarno, Prof. Roso Daras mengungkapkan, rumah yang dulunya menjadi tempat tinggal Soekeni dan keluarganya, sudah saatnya ditetapkan sebagai situs cagar budaya.

Hal itu merujuk dari berbagai bukti yang telah dikumpulkan oleh Binhad Nurrohmat, komunitas Titik Nol Soekarno, serta pegiat sejarah terkait jejak kelahiran Bung Karno di Jombang.

“Saat ini situs-situs Bung Karno sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, dan hanya di Ploso Jombang yang belum ditetapkan,” ujar dia.

Ahli Sejarah Anhar Gonggong mengamini pernyataan Roso Daras. Dia juga mengapresiasi upaya yang dilakukan para pegiat sejarah untuk menggali dan meneliti jejak kelahiran Bung Karno.

Terkait keberadaan rumah masa kecil Bung Karno yang kini tersisa pondasi, dia berharap Pemerintah Kabupaten Jombang berani menetapkannya sebagai situs cagar budaya, tanpa harus menunggu keputusan dari pemerintah pusat.

Anhar yang didapuk sebagai panelis, juga memberikan apresiasi khusus terhadap upaya Binhad dan para pegiat sejarah Bung Karno, yang melakukan proses pengumpulan bukti dan penelitian secara baik.

Menurut Anhar, penelitian yang dilakukan oleh Binhad dan kawan-kawan, sangat penting dan menarik karena menggunakan sumber utama dan sumber sekunder.

Apalagi, penelitian tersebut juga merujuk pada dokumen dari ITB, arsip nasional, yang dilengkapi dengan penggalian data sekunder.

Dia mengungkapkan, penelitian tentang kelahiran Soekarno selama ini banyak terfokus pada kelahiran Bung Karno di Surabaya.

Padahal, lanjutnya, Bung Karno tidak pernah menyatakan secara tegas waktu dan tempat dimana dia lahir.

“Kekuatan penelitian anda adalah menggunakan metode sejarah yang benar. Bahwa hasilnya terserah. Anda menggunakan dokumen ITB, arsip nasional, serta sumber lisan. Itu semua sah,” ujar Anhar.

Namun, tegas dia, apa yang ditemukan Binhad dan kawan-kawan dari penelitian dan disampaikan dalam seminar, bukan berarti menggugurkan hasil penelitian atau temuan sebelumnya.

“Setelah saya baca dan saya pelajari dari hasil penelitian anda, tampaknya hasil penelitian anda itu memang boleh dikatakan memenuhi persyaratan untuk diberitahukan kepada orang lain dan disebarkan kepada masyarakat luas,” kata Anhar. (Rai/Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *