JOMBANGKU.COM – Komplit sudah penderitaan sebagian warga Dusun Beluk, Desa Jombok dan Dusun Kedondong, Desa Blimbing Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Bagaimana tidak, sudah terkena dampak Covid-19 sekarang genap 15 hari berjibaku dengan luapan air dari Sungai Avur Watudakon yang menggenangi rumah mereka.
Banjir di daerah Kesamben dimana disitu ada sebuah pabrik yodium milik plat merah, memang tercatat sejak 2017 daerah tersebut sebagai langganan banjir tahunan.
Pemerintah sendiri sekitar tahun 2020, sudah berupaya untuk mengatasinya dengan cara normalisasi Sungai Avur Watudakon dan membuat saringan (filter) sebelum air masuk gorong-gorong sipon.
Namun dalam pengerjaan normalisasi Sungai Avur Watudakon, dinilai kurang ampuh, sekarang terbukti, banjir biasa surut dalam seminggu, kini sudah setengah bulan belum juga surut.
Kepala Dusun Beluk, Desa Jombok, Sistio Budianto mengakui bahwa pernah terlaksana pekerjaan normalisasi sungai, namun masih terkendala.
“Kita maunya kalau ada proyek (normalisasi) inginnya ya sempurna tidak ada banjir lagi. Tapi kenyataanya baru hujan 2 hari tanggal 30 dan 31 Desember 2021, tanggal 1 Januari 2021 air meluber. Entah karena salah perencanaan atau bagaimana saya kurang paham,” ungkapnya. Jumat (15/01/2021).
Bupati Jombang Hj. Mundjidah Wahab pada Rabu 13 Januari 2020, sempat mengunjungi wilayah banjir dan mengatakan tahun ini memang lebih lama dari sebelumnya karena adanya cuaca ekstrem. Namun pendapat tersebut menurut Kasun Beluk sapaan akrab, Anto tidak demikian.
“Kemarin saat ibu (Bupati Jombang,red) mengatakan karena cuaca ekstrem, saya kurang sepakat. Hujan baru dua hari langsung air meluber. Hal itu karena filter berfungsi dengan baik alias semua sampah nyantol di sana tersaring di sana sampek itu jadi dam. Filternya benar-benar berfungsi namun saat tidak dibersihkan aliran air jadi tertutup jadi dam. Makannya mohon solusi secepatnya,” paparnya.
Demi menangani banjir agar cepat surut, terdapat wacana untuk membongkar filter yang ada di sungai Watudakon. Antok menambahkan, ia akan bertemu dengan pihak BBWS, PU Jombang dan Forkopimcam Kesamben serta perwakilan desa untuk membahas lebih lanjut mengenai pembongkaran pintu filter tersebut.
“Kita coba buka satu dua pintu dulu kemudian dievaluasi perkembangannya,” ungkap Anto.
Anto menambahkan, seharusnya pertemuan yang akan dilakukan malam ini sewajarnya dilakukan dua minggu yang lalu saat genangan air tidak setinggi saat ini.
“Tidak mengurangi rasa hormat saya pada Pemerintah Jombang, namun saya merasa respon cepat pemkab sangat kurang,” tandasnya.
(alv/hr/jk)