JOMBANG – Menjelang Muktamar Nahdatul Ulama (NU), pada Desember mendatang, Kiai Ponpes Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, berharap tidak sampai terjadi perpecahan di dalam NU sendiri.
Dengan demikian, kontestasi Ketua PBNU jangan sampai ada orang luar ikut masuk atau mempolitisir di dalam agenda Muktamar NU yanga mana rencana akan digelar di Lampung.
Lain dari pada itu, siapa yang bakal ikut mencalonkan menjadi Rais Aam NU jika terpilih menjadi Ketua, untuk fokus membesar NU tidak terpengaruh akan iming iming atau jabatan di pemerintahan.
“Melihat situasi yang memanas menjelang Muktamar merasa prihatin juga. Jadi bagaimana keinginan Gus Sholah dulu, ya Muktamar itu harus bersih lah, bersih dari money politik, bersih dari berbagai macam kepentingan lah. Memang sejak beberapa tahun terakhir ini kan sepertinya banyak sekali kepentingan yang nimbrung di dalam Muktamar itu,” terang KH Fahmi Amrullah hadzik. Pengasuh Ponpes Putri Tebuireng Sabtu (23/10/2021).
Masih penjelasan pria panggilan Gus Fahmi, bahwa dirinya mengakui jika tidak termasuk pengurus NU juga tidak termasuk bagian tim sukses kandidat calon Ketua PBNU. Namun Tebuireng punya peranan khusus untuk mengingatkan.
“Saya bukan pengurus dan sebenarnya tidak punya berkepentingan dengan namanya Muktamar. Karena saya, terutama masalah ini saya bukan pengurus struktural antara saya dengan tim sukses (calon ketua),” jelasnya.
Dengan demikian, siapa yang nanti dikasih amanah untuk menjadi Ketua PBNU, harus mengerti dan memahami NU serta bisa mengikuti perkembangan jaman.
“Saya pikir begini ya, saya selalu berpegang pada dawuh (amanah), Hadratussyekh (KH Hasyim Asy’ari). Jadi intinya sopo seng gelem ngurus NU tak anggep santriku (siapa yang mau mengurus NU saya anggap santriku). Seng gelem dadi santriku tak dungano (Yang mau jadi santriku saya doakan) Husnul khatimah. Artinya orang yang jadi Ketua NU atau apa ya betul betul bisa memperhatikan NU membesarkan NU. Jadi jangan minta diurus apalagi jadi urusan. Masa pengurus malah jadi urusan,” papar Gus Fahmi.
Masih penjelasan Gus Fahmi, NU kedepan harus mampu bersaing dalam segi dakwah, perekonomian kesejahteraan semua umat tidak memandang golongan.
“Selama ini dakwah NU itu kan berputat pada politik dan radikalisme dan akhirnya dakwah dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, Itu menjadi terbengkalai, kita akan ketinggalan jauh dengan tetangga sebelah. Untuk itu kedepan Ketua PBNU kita ingin agar kedepan harus lebih memperhatikan bidang-bidang itu pendidikan kesehatan dan ekonomi umat, yang kedua setelah itu kembali lagi ke hati nurani tinggalkan dan tanggalkan kepentingan pribadi,” lanjutnya. (Red/HR)